Selamat membaca !

"Semoga bermanfaat, anda boleh mengutip sebagian artikel di blog ini, dengan syarat wajib mencantumkan akun ini dan penulisnya sebagai sumber rujukan, terima kasih.."

Jumat, 02 September 2011

Teosos : Menggali Akar Perkembangan Sosiologi

Oleh : Saddam Cahyo*

Muncul pertanyaan dari benak seorang mahasiswa sosiologi, kapan Sosiologi itu lahir ? jawabannya sederhana, sejak manusia mulai bertanya tentang masyarakat dan perubahannya. Namun, pengertian sosiologi sebagai ilmu pengetahuan baru muncul belasan abad kemudian.

Manusia sudah berada di tengah masyarakat atau kelompok sosial tertentu sejak ia terlahirkan. Meski kita memiliki hasrat menyendiri, namun manusia tidak bisa menafikkan kabutuhannya untuk hidup bersama dengan orang lain. Pengalaman hidup bersama dengan manusia lain menyadarkna kita akan adanya persamaan dan perbedaan, memahaminya sebagai suatu kesatuan atas dasar kebutuhan, Jadi secara alamiah sosiologi sudah ada di benak setiap individu dalam masyarakat.

Socrates dan pemikir Yunani kuno lainnya beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja, tanpa ada pencegahan atau usaha apapun untuk mengalami perubahan. Dan anggapan ini dianut sampai Abad Pertengahan / Reinesans dan dipengaruhi pula oleh dogma agama, terbukti dari penegasan Thomas Aquinas dan pemikir lain di eranya, bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai kehendak Ilahiah, manusia sebagai makhluk yang fana tak bisa mengetahui dan menentukan apa yang akan terjadi di masyarakatnya.

Baru di Abad Pencerahan sekitar abad ke-17 M, mulai bermunculan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan melahirkan banyak pemikir termuka yang menjadi penggerak roda kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan Ilmu pengetahuan yang menderas membawa pengaruh pada pandangan manusia mengenai perubahan dalam masyarakat, pandangan tersebut harus mampu dijelaskan secra rasional dengan metode yang ilmiah.Nama-nama seperti Francis Bacon, Leibnitz dan Rene Descartes dikenal sebagai pelopor pandangan tentang masyarakat yang berpedoman pada akal budi.

Abad ke-18 perubahan –perubahan besar terjadi di berbagai belahan dunia. Dikatakan revolusioner karena merubah tatanan masyarakat dengan cepat dan menyeluruh. Setidaknya ada 3 Revolusi Sosial yang muncul, Revolusi Amerika, Prancis dan Inggris dan mempengaruhi perkembangan masyarakat dunia saat itu, mengingat Eropa menguasai kawasan Asia-Afrika sebagai koloni.

Revolusi Amerika 1776, memberi corak baru dalam sistem pemerintahan saat itu, yakni demokrasi. Berhasilnya revolusi Amerika membuktikan gagasan kedaulatan rakyat memang bisa dilakukan, dan membangkitkan semangat yang sama di berbagai belahan dunia lain. Dalam revolusi ini, mulai dikenal kesadaran hak azasi manusia, martabat manusia dalam masyarakat tidak terbatas pada kelas-kelas sosial monarki.
 
Terjadi pergeseran corak produksi masyarakat, tenaga kerja mulai terganti oleh tenaga mesin dan mulai dikenal produksi massal / pabrik. Perubahan besar ini disebut Revolusi Industri, yang membawa perubahan baru dalam masyarakat, muncul dikotomi kelas sosial baru yang merubah total tatanan masyarakat perkotaan, Kaum Kapitalis / Borjuis sebagai pemilik modal / alat produksi dan Kaum Buruh / Proletar yang hanya mampu menjual jasanya.

Revolusi Perancis membawa kesadaran baru dalam masyarakat, Liberalisme dalam berbagai sendi kehidupan rakyat. Diakuinya hak azasi manusia, hak politik, penerapan hukum konstitusional dan penghapusan status istimewa terhadap kalangan tertentu dalam masyarakat, setiap individu diakui sama secara hukum.

Muncul pertanyaan besar dalam benak masyarakat maupun pemikir terkemuka di abad revolusi ini, perubahan sosial terjadi secara total seperti sebuah gejolak ombak yang menggusur pasir pantai. Sangat mencengangkan dan menuntut otak untuk berfikir keras merasionalkan gejolak perubahan tatanan masyarakat yang spontan ini, tatanan masyarakat yang berlangsung selama ratusan tahun tiba-tiba berubah dan menghasilkan pola hidup baru dalam tatanan masyarakat yang baru pula.

Hal ini yang membuat pentingnya kajian ilmiah mengenai perubahan masyarakat, dengan harapan berbagai perubahan sosial yang berpengaruh cepat bagi masyarakat dapat di analisa dan antisipasi sejak awal. Pada abad ke 19 Muncul kesimpulan awal ; bahwa perubahan masyarakat tidak terjadi semata faktor Ilahiah melainkan dapat diketahui penyebabnya, Dianalisa dengan metode ilmiah untuk menjelaskan secara rasional, dan pengkajian yang tepat dapat bermanfaat untuk mengantisipasi terjadinya social crisis sebagai dampak dari perubahan masyarakat.

Di Abad ke-19 ini, di Eropa sebagai pusat peradaban dunia saat itu, muncul istilah Sosiologi  sebagai pendekatan khusus / metode ilmiah untuk mempelajari masyarakat, yang dahulu dianggap mustahil oleh Auguste Comte seorang ahli filsafat Perancis yang kemudian dijuluki Bapak Sosiologi Dunia dalam bukunya Cours de Philosophie Positive (Filsafat Positif).

Sambutan meriah dari banyak ilmuwan sosial lainnya menambah khazanah pendekatan sosiologis dari berbagai fokus kajian dan sudut pandang dalam perkembangannya. Karl Marx dengan materialisme dialektisnya memandang konflik antar kelas sebagai pemicu perubahan sosial, Herbert Spencer dengan analogi organik memandang masyarakat layaknya tubuh manusia yang bagian-bagian di dalamnya saling bergantung, Emile Durkheim dengan fungsionalismenya mengkaji ragam peranan elemen sosial sebagai penjaga keteraturan sosial dan Max Weber dengan pemahamannya menelusuri ”Nilai” sebagai penuntun perilaku masyarakat.
 
Perkembangan masyarakat berikutnya memunculkan konsekuensi logis dan perubahan sosial yang mencolok dan tak dapat dihindarkan, di titik inilah muncul pelbagai sanggahan / kritik untuk teori sosial abad ke-19 / Eropa yang dianggap sebagai pendekatan makro yang memandang perubahan sosial dapat diprediksi dari karakteristik masyarakat itu secara menyeluruh. Sanggahan itu disebut pendekatan mikro / Sosiologi modern yang berkembang di Benua Amerika pada Abad ke-20, lebih mengacu pada pendekatan empiris dan perubahan sosial dikaji secara bertahap dari satu fakta ke fakta sosial lainnya dan mulai disadari pentingnya reasearch (penelitian) dalam sosiologi. Dan Ilmu Sosiologi masih akan terus berkembang mengiringi dinamika sosial masyarakat.                           
________________
Bandar Lampung, Juni 2010
**) Mahasiswa Sosiologi FISIP Unila
      Dimuat dalam ”SOCIETAS” Buletin HMJ Sosiologi Unila Edisi Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar